Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo Ajak Pemuda Keluar dari Mentalitas Manusia Terjajah
Saat ini, kata Benny, kita harus melawan ideologi popularisme.
"Popularisme menghancurkan demokrasi, calon-calon boneka, calon-calon tunggal keluar, masyarakat dengan algoritma diarahkan untuk menjadi satu suara tanpa ada suara kritis dan dialetika untuk kebaikan bersama, akhirnya Pancasila menjadi retorika saja. Nilai keadilan sosial menjadi angan-angan saja," tuturnya.
Pakar komunikasi politik ini menyatakan para pemuda harus dapat bergerak menjadi suara-suara yang berani menyatakan jika ada yang salah.
"Sedihnya kita saat ini, para pemuda banyak yang tidak lulus SMP. Tanpa pengetahuan dan pendidikan, demokrasi Pancasila dibajak oleh oligarki yang terkait dengan kapital. Akhirnya? Mental manusia terjajah terus dilestarikan," tegasnya.
Dia pun mengajak pemuda untuk melakukan refleksi dalam menyambut perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI.
"Mari kembali pada visi para founding fathers kita, kembali menyelenggarakan kehidupan berbangsa bernegara sesuai tujuan negara di Pembukaan UUD 1945. Jadilah manusia merdeka seutuhnya. Gunakan media sosial untuk menyuarakan untuk menghancurkan mentalitas manusia terjajah ini. Belajar sejarah dengan baik, mengerti cara berpikir para pendiri dan tokoh negara kita. Jadilah petarung, bukan pecundang," pesan Romo Benny.
Narasumber lainnya, Nurbani Yusuf menyampaikan Soekarno sampai kepada Puan Maharani adalah bagian dari keluarga Muhammadiyah.
Dia menyebut Soekarno itu murid dari KH Ahmad Dahlan. Ibu Fatmawati juga bagian dari Muhammadiyah, aktivis Aisyiah, dan yang menjahit Sang Saka Merah Putih.
"Ayah dari Ibu Fatmawati adalah konsul dari Muhammadiyah di Bengkulu. Hal-hal ini hilang di kita, sehingga mudah kita mengganggap Bu Mega dan Bu Puan, misalnya, bukan bagian dari Muhammadiyah. Padahal dari kakeknya, semua bagian dari keluarga Muhammadiyah," kata Nurbani.