Stafsus Wapres: Perguruan Tinggi Terbesar pun Salah Kaprah Terapkan PJJ
Dijelaskannya, e-learning bukan sekadar menggunakan macam-macam tools - yang sebenarnya untuk komunikasi tapi sudah dianggap identik e-learning.
Dicontohkannya, saat ini nyaris semua sekolah mulai dari perguruan tinggi hingga tingkat dasar, ramai-ramai mengggunakan aplikasi semacam Zoom, WhatsApp, Google Meet, MS Team, Google Classrom dan lainnya.
"Kalau menggunakan itu dianggapnya sudah e-learning, padahal tidak benar. Itu karena dosen masih terikat pada waktu yang kaku, mahasiswa juga dipaksa mengikuti pelajaran pada jam tertentu seperti lazimnya tatap muka. Ini diperparah lagi teknologi belum siap. Itu yang kita hadapi sekarang," tegasnya.
Lembaga pendidikan di Indonesia harusnya memiliki metode atau suatu platform dalam Learning Management System (LMS) yang diterapkan secara bersama dan konsisten.
Kata Nasir, e-learning itu bukan sekadar memindahkan metode tradisional ke pembelajaran daring. Hal ini bisa dicontoh dari yang diterapkan oleh UT karena sejak awal berdiri universitas ini melakukan pembelajaran jarak jauh.
"Mohon maaf, sekali lagi maaf, universitas besar dan terhebat pun di Indonesia belum bisa menerapkan e-learning secara benar. Hanya UT yang memang sudah menerapkannya sejak awal. Merekalah yang memang sudah siap dan ini mohon ditularkan ke perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya di Indonesia," ujarnya lagi.
Dijelaskannya, dosen-dosen secara umum juga belum paham bagaimana mengajar e-learning karena terbiasa metode tradisional. Belum lagi teknologi tidak mendukung. Ditambah lagi kebingungan bagaimana mengintegrasikan itu semua.
"Sekali lagi ini salah kaprah dan ini terjadi hampir di semua perguruan tinggi, padahal wabah COVID-19 ini sudah sekian bulan melanda. Ini harus kita perbaiki, tidak bisa dibiarkan terjadi dan kita harus bersama membenahinya," katanya.