Starbuck Sunyi
Oleh Dahlan Iskan"Saya terus memperjuangkan agar sekolah ini kembali mendapat anggaran. Kalau tidak, dua tahun lagi terpaksa tutup," katanya.
Saya pun minta izin untuk meninjau ke dalam. Dia merogok saku celananya. Mengambil kunci.
Saya baca tahun yang tercantum di papan nama sekolah itu: didirikan 1882. Sudah hampir 150 tahun.
Saya pun masuk-masuk ke semua ruangan. Ada hall olahraganya yang besar. Pun di samping sekolah ada lapangan sepak bola. Termasuk panggung mininya.
Saya duduk di panggung itu bersama kepala sekolah. Seolah lagi menyaksikan pertandingan.
Kalau sekolah ini tutup, ke mana anak-anak Starbuck akan sekolah?
“Harus naik bus sejauh 50 km. Di sana ada sekolah," katanya.
Saya mengelus dada. Dalam. Hati.