Strategi BRI Hapus Buku Kredit UMKM
“Oleh karena itu kami optimistis bahwa tahun depan Loan at Risk (LAR) BRI akan kembali ke posisi normal seperti sebelum pandemi. Di kisaran sembilan sampai 10 persen,” ujarnya.
Diketahui, LAR perseroan pada 2018 hanya 9,17 persen. Pada tahun berikutnya pun tak berbeda jauh yaitu 9,78 persen. Setelah Indonesia dilanda pandemi yaitu pada 2020 LAR BRI melonjak menjadi 28,26 persen.
Pada 2021 persentasenya menurun menjadi 24,11 persen, sementara sepanjang tahun lalu turun menjadi belasan persen yaitu 17,11 persen.
Membaiknya LAR diikuti juga dengan kualitas NPL yang terjaga, di mana hingga pada akhir September 2023 tercatat NPL BRI sebesar 3,07 persen, lebih rendah 2bps dari periode yang sama tahun yang lalu.
Penurunan NPL tersebut disebabkan BRI sedang melakukan upaya bersih-bersih portofolio kredit, terutama kredit restrukturisasi terdampak Covid sebagai bagian dari soft-landing strategy yang diimplementasikan sejak tahun lalu.
Tentunya, upaya ini membutuhkan cadangan risiko kredit yang cukup, dimana BRI telah melakukan pembentukan biaya CKPN yang besar selamat periode pandemi sampai 2022, dengan meningkatkan rasio Loan Loss Reserves (LLR) dari 4,4 persen pada 2019 menjadi 8,21 persen 2022.
Agus menambahkan bahwa dengan front loading yang telah dilakukan di tahun 2020 sampai 2022, upaya untuk menjaga kualitas kredit ini berdampak terhadap cost of credit BRI yang terus membaik.
Adapun Cost of Credit (CoC) BRI hingga kuartal III-2023 berada di level 2,44 persen atau membaik jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,02 persen.(jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi: