Suami Cerewet Saat Tahu Fatria jadi Kepala Perawat Khusus Pasien Corona
“Bahkan awal-awal kami menangani pasien Covid-19, ketika kami keluar dari ruang isolasi, teman-teman di RS langsung menghindari seolah-olah kami ini virus Covid-19. Namun itu memang yang harus dilakukan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Namun berdasarkan hasil tes swab tenggorokan dan hidung, dirinya bersama perawat lainnya telah dinyatakan negatif virus Covid-19.
Masalah yang dihadapi oleh para perawat tidak hanya rasa ketakutan, tetapi juga ditambah dengan Alat Perlindungan Diri (APD) yang menjadi benteng atau pelindung dalam merawat pasien Covid-19 yang sangat kurang.
“Saya bertanggung jawab terhadap teman-teman perawat lainnya. Saya harus memastikan dan menjamin teman-teman masuk ke ruang isolasi harus menggunakan APD yang lengkap,” tuturnya.
Kadang Fatria merasa dengan kekurangan APD yang ada pada mereka seolah-olah mereka berperang tidak membawa alat perang sedikitpun.
“Kekurangan APD tersebut tidak hanya kami yang merasakan, tetapi juga di rumah sakit-rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya di Provinsi Sumbar,” ujar Fatria.
Untuk menyikapi kekurangan APD tersebut, dirinya bersama pihak RSAM Bukittinggi membuka open donasi yang disebarkan melalui spanduk, brosur, dan broadcast network untuk meminta bantuan kepada masyarakat yang ingin menambah jumlah APD.
Sementara itu, untuk melakukan penanganan terhadap pasien positif Covid-19 di ruang isolasi RSAM Bukittinggi, terdapat kurang lebih 20 perawat yang dibagi dalam dua tim dan tiga shift bekerja.