Subur-Kencang dari Ruang Bertekanan
Minggu, 07 Agustus 2011 – 06:43 WIB
Setelah putus asa akibat terapi alternatif tradisional seperti akupuntur hingga sengatan listrik tidak ada manfaatnya, Verry kembali ke jalur medis. Dokter akhirnya menyarankan terapi hiperbarik, tiga kali sepekan. "Ini sesi terapi yang pertama," katanya.
Bila Verry belum menemukan manfaat terapi hiperbarik, Santoso, 54 tahun, telah merasakan manfaat terapi ini sejak enam tahun silam. Pria kelahiran Solo ini mengaku mengenal hiperbarik untuk mengurangi gejala diabetes dan kelebihan kolesterol yang dideritanya. "Setelah terapi, gula darah dan kolesterol memang langsung turun. Karena itu, sejak enam tahun lalu, saya rutin melakukan terapi ini sekali sebulan," tuturnya. Terapi ini kini juga lazim digunakan untuk kecantikan.
Meski belum ada penelitian medis yang menghubungkan kecantikan dan terapi hiperbarik, Bambang mengakui, minat perempuan untuk menjajal terapi tersebut terus meningkat. Ini tak lepas dari efek jangka pendek yang dirasakan perempuan yang mencoba terapi tersebut. Mayoritas mengaku badannya bugar dan kulit wajahnya segar.