Sudah Koleksi 200 Bilah, Bercita-cita Dirikan Museum
Anak pertama di antara empat bersaudara itu mengaku tidak tahu persis dirinya mulai menyukai keris. Hanya, sekitar tiga tahun lalu dia terkagum-kagum melihat koleksi keris sang mertua. Dia tidak bisa menjelaskan alasan begitu mengagumi benda tersebut.
Dari kekaguman tersebut, dia banyak bertanya ihwal seluk-beluk keris. Mulai istilah, sejarah, sampai perawatan. Saat itulah mertuanya menghadiahkan sebilah keris agar dirawat. Pemberian tersebut diterima dengan sangat senang lantaran barang yang dikaguminya sudah berada di tangan.
Sejak itulah dia belajar banyak tentang keris. Tidak disangka, keris milik pria kelahiran 3 April 1980 tersebut terus bertambah. Erwin mengaku tidak mencarinya. Kebanyakan didapat karena pemberian orang lain yang juga sama-sama menyukai keris.
Hanya, keris yang diberikan kepadanya tidak semulus yang terpampang sekarang. Biasanya, keris yang diterima hanya berupa bilah dan tidak berbentuk. ’’Kotor, berkarat, itu sudah biasa. Pamornya juga belum terlihat,’’ ungkapnya.
Keris tersebut kemudian diberikan kepada seseorang yang merupakan keturunan empu di lingkungan Keraton Jogjakarta. Empu itulah yang membersihkan sampai keris tersebut benar-benar terlihat seperti aslinya. Termasuk memberi gagang dan warangka. Setelah itu, keris yang tadinya tidak berbentuk tersebut menjadi apik.
Dari tangan empu itu pula, asal-usul dan jenis keris diketahui. Salah satunya keris jenis Nogo Siluman yang dibuat Empu Supo Anom pada era Sultan Agung.
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menceritakan sejarah semua keris. Erwin mampu menghafalnya satu per satu.
Bukan hanya keris. Mantan Kasatlantas Polres Malang itu juga memiliki Cacing Kanil. Pusaka yang mirip cacing dan berujung runcing tersebut juga dibuat pada era Kerajaan Majapahit.