Sudah Koleksi 200 Bilah, Bercita-cita Dirikan Museum
Di tangan Erwin, benda pusaka itu tidak terlihat sangar lagi dengan cara membungkusnya dalam kayu yang berbentuk tongkat komando. Dengan sekali putar dan sedikit tarikan, besi itu langsung terlihat. ”Kalau Kapolsek kan belum pegang tongkat komando. Jadi, ya tidak dibawa ke mana-mana,” selorohnya.
Ada lagi koleksi bernama keris Betok. Keris jenis itu termasuk koleksinya yang paling tua. Pusaka jenis tersebut sekilas mirip keris, tapi belum ada pamor dan lekukan sebagaimana keris.
Pria yang pernah menjabat Kasatlantas Polresta Malang itu tidak menampik bahwa keris memiliki banyak sisi yang bisa disukai. Salah satunya mistis. Tapi, bagi Erwin, sisi artistik benda kuno itulah yang membuatnya selalu senang saat menatapnya.
Lewat keris tersebut, pria yang dilahirkan di Watampone, Sulsel, itu meyakini bahwa orang zaman dahulu memiliki kemampuan perhitungan yang luar biasa.
Terbukti, mereka mampu membuat keris yang bentuknya besar di sisi gagang dan kecil di ujungnya. Namun, benda tersebut bisa berdiri tegak meski ujungnya lancip.
”Ini bukan masalah mistis. Betapa para empu benar-benar bisa menghitung keseimbangan keris sampai bisa berdiri. Lihat saja, ujungnya besar dan tidak rata,” katanya sambil memperlihatkan keris yang berdiri di atas meja.
Karena hanya mengagumi keindahannya, Erwin tidak merasa direpotkan dengan tetek-bengek perawatan yang oleh orang lain dilakukan dengan cara khusus pada waktu yang khusus pula. Sebab, untuk membersihkannya, dia hanya mengelapnya dan bisa dilakukan kapan saja tanpa harus menghitung waktu khusus.
Dengan hobinya itu, pria yang berkali-kali juara road race tersebut memimpikan bisa mendirikan museum keris. Harapannya, museum itu bisa jadi bahan pembelajaran untuk generasi mendatang agar sejarah benda pusaka tidak hilang. (c6/ib)