Suhardi Alius: Mahasiswa Ujung Tombak Penjaga NKRI
Menurut mantan Kabareskrim Polri itu, generasi saat ini tidak bisa didoktrin mengenai wawasan kebangsaan dengan pola-pola lama.
Karena itu, pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif.
Menurut Suhardi, untuk mendalami wawasan kebangsaan tidak hanya menggunakan akal dan logika, tetapi juga hati.
“Termasuk dalam penanganan terorisme juga perlu mendapatakan sentuhan hati yang lembut dan ikhlas. Seperti sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI yang mempertemukan para mantan narapidana aksi terorisme dengan para penyintas beberapa waktu lalu. Itu kami lakukan dengan hati,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.
Dia menambahkan, kegiatan yang mendapat apresiasi dari kalangan internasional itu bisa terlaksana karena menggunakan pendekatan hati, bukan intervensi.
Sebab, sumber masalah orang-orang yang termakan paham radikal sangat kompleks.
Tidak hanya masalah pendidikan, tetapi juga sosial, agama, dan lain sebagainya.
“Oleh karena itu, penanganannya juga harus melibatkan seluruh kementerian. Apalagi, saat ini BNPT sudah mendapatkan arahan dari Presiden Joko Widodo untuk mengoordinasikan 36 kementerian dan lembaga terkait penanggulangan terorisme,” ujar Suhardi.