Suhardi Alius, Perantau yang Rajin Pulang Kampung, Keliling Desa
“Kadang saat Bapak pulang, ada datang sejumlah polisi berseragam lengkap memberikan pengawalan. Namun, dia enggan dikawal. Begitu waktu shalat masuk, ia mengajak warga ke masjid shalat berjamaah,” cerita Amani.
Kasirul, 42, warga lainnya, juga memiliki kenangan tersendiri pada Suhardi Alius. “Dia sangat santun pada orangtua. Setiap ada program, selalu minta arahan dan petunjuk ibunda,” ujar dia.
Meski berpangkat tinggi, menurut Kasirul, Suhardi Alius tetap berpenampilan sederhana. “Dia juga kerap mengulurkan bantuan sampai puluhan juta untuk biaya pembangunan masjid/mushala, fasilitas pemuda, serta tempat-tempat umum,” kata Kasirul.
Keponakan Suhardi Alius, Siaf, paling berkesan dengan sifat mamaknya yang bersahaja dan santun pada orangtua. Setiap kali berangkat kerja, dia selalu singgah/pamitan ke rumah ibunda.
”Kebetulan rumah nenek persis menjelang gedung Mabes Polri, mamak selalu singgah sebelum menuju kantor. Ini tidak sekali-dua kali saya lihat mamak Suhardi minta restu ke rumah nenek di Jakarta,” aku Siaf.
Wali Nagari Tanjungalai, Liherdi TM mengaku terharu mendengar berita dilantiknya Suhardi Alius menjadi Kepala Badan Nasional Pemberantasan Teroris. ”Setiap kali pulang, beliau selalu membawa orangtua, serta anak–istri, berkomunikasi dengan bahasa Minang, ” imbuh Wali Nagari.
Komjen Suhardi Alius anak ketiga dari lima bersaudara. Dia terlahir dan dibesarkan dari keluarga Polri, sebagaimana ayahndanya Alius (alm) yang juga seorang polisi.
”Beliau panutan di kampung ini. Bahkan, sekarang banyak orang kampung memilih jadi angkatan (polisi/TNI). Jumlahnya, lebih dari 200 orang,” ujarnya.