Suku Bunga KPR Bakal Bertahan 9-12 Persen
jpnn.com - JAKARTA – Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) diprediksi masih berada di level tinggi. Perbankan menilai, bakal sulit menurunkan suku bunga KPR di tengah pengetatan likuiditas. Saat ini rata-rata kredit KPR dipatok 9–12 persen.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menyatakan, karena kondisi likuiditas masih ketat hingga akhir tahun ini, pihaknya akan menahan suku bunga KPR di level 9,5–10,5 persen.
’’Kalau dulu likuiditas banjir (sehingga suku bunga rendah), sebaliknya sekarang kelihatannya (suku bunga) susah turun. Permintaan kredit masih besar, padahal kenaikan DPK tidak seperti sebelumnya,’’ ujarnya Rabu (13/8).
Ketatnya likuiditas akan memicu bank melakukan perang bunga simpanan. Untuk menjaga margin, bank secara tidak langsung menaikkan suku bunga kredit. ’’Kondisi cost of fund (biaya dana) juga belum terlihat akan turun,’’ tuturnya.
Hingga saat ini, portofolio KPR BCA mencapai Rp 40 triliun. ’’Mayoritas untuk pasar rumah menengah ke atas,’’ ungkapnya.
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Irman Zahruddin menjelaskan, bunga KPR perseroan diproyeksi bertahan di level 12,5 persen. Kalaupun pihaknya menawarkan promo bunga KPR 8,9 persen, hal itu berlaku secara terbatas. ’’Prediksinya (bunga KPR) ya tetap. Penyesuaian bunga kredit selalu lebih lambat daripada deposito,’’ jelasnya.
Kendati demikian, BTN optimistis pengajuan KPR tetap stabil. Sebab, demografi Indonesia masih dikuasai generasi baby boomers yang membutuhkan rumah. Belum lagi tingkat keuntungan investasi rumah yang menggiurkan.
’’Properti masih menjadi investasi terbaik di Indonesia. Misalnya, harga rumah dua tahun lalu Rp 150 juta, sekarang sudah Rp 400 juta. Investasi apa yang bisa mendapat return sebesar itu? Jadi, ya akhirnya harus disanggup-sanggupin. Kalau menunggu turun (bunga), nggak dapat properti,’’ tegas Irman. (gal/c5/oki)