Sulit Harapkan Tony Abbott Mau Minta Maaf
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai Perdana Menteri Australia Tony Abbott sulit diharapkan untuk minta maaf kepada Indonesia. Pasalnya, hal tersebut bertentangan dengan prinsip kendaraan politik Abbott, Partai Liberal.
"Itu sudah menjadi marwah partai mereka. Obama saja mereka sebut bodoh karena meminta maaf kepada Angela Merkel (Kanselir Jerman) soal penyadapan," kata Burhanuddin saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (21/11).
Ia mencontohkan pernyataan politisi senior Partai Liberal, Alexander Downer kepada media Australia beberapa waktu lalu. Mantan Menteri Luar Negeri Australia itu meminta Abbott untuk konsisten tidak menanggapi keberatan Indonesia. Downer justru merasa bangga atas aksi penyadapan terhadap presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat Indonesia lainnya.
"Malah dia bilang biar Indonesia tahu Australia punya kapasitas untuk mengintai negara lain," ujar pengamat yang pernah menimba ilmu di Australian National University (ANU), Canberra, Australia ini.
Meski begitu, Burhanuddin tetap memuji sikap pemerintah Indonesia. Menurutnya, langkah pemerintah sudah mencerminkan bahwa Indonesia negara yang berdaulat dan memiliki harga diri.
Keputusan menghentikan kerjasama juga cukup mengagetkan Australia. Terutama terkait kerjasama penanganan imigran gelap.
Burhanuddin menuturkan, Imigran gelap dari Timur Tengah dan Afrika merupakan salah satu masalah terbesar Australia. Sementara, Indonesia selama ini menjadi benteng Australia dalam menghalau para imigran gelap untuk masuk ke negaranya.
"Gara-gara gagal menangani masalah imigran itu dulu Kevin Rudd (mantan PM Australia) kalah oleh Abbott, jadi mereka memang sangat takut," tandas Direktur Indikator Politik Indonesia ini.(dil/jpnn)