Sulsel Berharap Festival Pinisi Jadi Event Berskala Dunia
Hal senada dikatakan Bupati Bulukumba A.M Sukri Sappewali. Ia mengatakan Perahu Pinisi merupakan warisan budaya dari Sulawesi Sulatan, khususnya Bulukumba yang telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM.
"Sehingga kami berharap bahwa perahu Pinisi ini sudah mendunia dan semoga tahun 2018 akan diangkat menjadi event nasional," ujar Bupati.
Dalam acara pembukaan, Gubernur Yasin Limpo bersama Bupati A.M Sukri juga melakukan pelepasan lomba pelayaran Pinisi dari Dermaga Leepe's menuju Pantai Tanjung Pira yang diikuti oleh 20 kapal pinisi.
Bersamaan dalam pelayaran ini juga diadakah lomba memancing, dimana hasil tangkapan ikan diolah untuk kemudian dimakan dalam tema Gerakan Makan Ikan.
Sementara kegiatan lainnya adalah prosesi ritual peluncuran perahu Pinisi yang baru selesai dibuat, Annyorong Lapi. Tidak ketinggalan yang juga menarik adalah ritual adat Kajang yaitu Ritual Adat “Andingingi Kampong, kemudian Ritual Adat Bakar Linggis “Attunu Panroli” yaitu ritual dalam menyelesaikan suatu masalah dengan metode pembuktian bagi warga Kajang dalam mencari keadilan.
Caranya, linggis yang sudah dibakar dan membara akan dipegang oleh para “tertuduh” melakukan kebohongan/kejahatan. Jika tangan tertuduh melepuh maka dialah pelakunya, namun sebaliknya jika tangannya tidak apa-apa, maka ia bukan pelakunya dan terbebas dari tuduhan tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik terselenggaranya Festival Pinisi 2017. Ia mengatakan popularitas Pinisi yang telah mendunia dapat menjadi ikon yang kuat bagi Kabupaten Bulukumba, dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Terlebih Pinisi tidak hanya sekadar kapal, tapi juga banyak mengandung makna budaya di dalamnya.
"Dimana unsur budaya merupakan daya tarik terkuat bagi wisatawan, khususnya mancanegara," ujar Menpar Arief Yahya. (jpnn)