Sumur Tua Peninggalan Portugis Masih Mengalirkan Sumber Kehidupan
jpnn.com - Di tengah hutan kelapa Kastela, terdapat sebuah sumber air tua. Usianya diperkirakan ratusan tahun. Bekas peninggalan orang-orang Portugis yang mencari rempah di Ternate. Hingga kini masih mengalirkan sumber kehidupan.
Gunawan Tidore, Ternate
Airnya masih sejernih dulu. Warga setempat pun masih memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak dulu, perigi berdiameter sekira 1 meter itu selalu menjadi penyelamat warga. Letaknya di belakang kampung Kastela, Kecamatan Pulau Ternate, tepatnya di RT/RW 04/02. Sekitar 100 meter dari jalan raya saat ini. Di antara pepohonan kelapa dan sedikit cengkih, sumber air yang kerap disebut Sumur Kunci itu berdiri.
Dinding sumur terbuat dari batu kapur. Sebagiannya telah roboh. Tapi itu tak mengurangi fungsinya sebagai salah satu sumber kehidupan. Airnya tawar dan sejuk.
Sumur tua ini konon digali Bangsa Portugis. Di masa-masa awal Kesultanan Ternate eksis, Kastela memang menjadi pusat kekuasaan. Tak heran, orang-orang Portugis pun memilih lokasi tersebut sebagai tempat bermukim. ”Dibuat sumur kunci itu untuk pemandian Bangsa Portugis,” ungkap H Bahtiar Amir, warga Kastela yang juga seorang saksi sejarah, kepada Malut Post, Senin (8/8).
Di masa agresi militer Jepang, sumur ini menjadi satu-satunya sumber air yang dapat dimanfaatkan warga Kastela. Kala itu, warga memang hidup bersembunyi di hutan untuk menghindari tentara Jepang. ”Hanya Sumur Kunci yang menjadi andalan kami saat bersembunyi dari Jepang pada tahun 1940-an. Kami bersembunyi di belakang kampung,” kisah lelaki kelahiran 1926 itu saat ditemui di rumahnya.
Jaraknya yang paling dekat dengan lokasi persembunyian membuat Sumur Kunci menjadi satu-satunya sumber air yang dapat diakses. Kejernihan airnya di masa itu memungkinkan warga menggunakannya untuk minum.
”Jarak antara sumur dengan tempat persembunyian saat itu hanya setengah kilometer. Tergolong dekat dengan tempat persembunyian, tapi jauh dari jangkauan Jepang,” tutur pria yang akrab disapa Haji Amir itu.