Surat Terbuka Warga Makassar untuk Menpora jadi Viral di Medsos
Namun semoga pernyataan itu bukan untuk menutupi kabar buruk yang dibawa teman saya ke meja warkop sore itu. Anda coba menjadi penawar kekhawatiran beberapa orang yang berpeluang tidak terpilih menjadi ketua umum bila pemilihan digelar di Makassar. Mereka takut para peserta kongres merasa berutang budi pada Erwin Aksa, yang bersedia menanggung segala biaya hajatan.
Bila ada yang percaya isu itu, Anda tentu tak boleh marah. Sebab nyatanya, Anda memang baru memunculkan kengototan itu setelah orang-orang seperti Umuh menunjukkan ketidaksenangannya pada Makassar.
Kami mohon Anda jangan pernah lagi datang ke Makassar. Tidak pantas seorang menteri di Republik Indonesia menunjukkan pilih kasih seperti itu. Kalau Anda masih ingin makan barongko atau pisang epe, titip saja alamat lengkap. Kami akan kirimkan via JNE atau Tiki. Jangan cemas ada sianida. Kami tak sejahat itu.
Anda tetap di Jawa sana. Toh Makassar bukan Indonesia lagi di mata Anda.
Tetapi kami tetap mengucapkan selamat. FIFA tak sampai membekukan lagi sepak bola Indonesia. Sebab seandainya itu terjadi lagi, sejarah akan mencatat nama Anda sebagai orang yang dua kali menghilangkan hiburan bagi ratusan juta rakyat. Sepak bola di televisi adalah alasan bagi banyak orang tetap tersenyum di sore dan malam hari.
Sekian dulu ya, Pak Imam. Perbanyaklah berolahraga ketimbang mencampuri urusan federasi. Jogging atau treatmil baik untuk Anda. Tetapi jangan yoga, itu lebih cocok untuk Sophia Latjuba. Sering-sering juga mencukur kumis. Anda sedikit lebih gagah dengan wajah bersih. Meski tetap tidak lebih tampan dibanding Kurniawan Dwi Julianto. @
Minggu, 16 Oktober,
Imam Dzulkifli di Makassar