Syachrul Anto, Pria Humoris Itu Mendadak Bicara Takdir
Anto tergabung dalam Indonesia Diver Rescue Team (IDRT), kumpulan penyelam berlisensi yang telah berpengalaman dalam berbagai misi evakuasi. Kabar musibah pesawat Lion Air bagaikan undangan bagi para anggota IDRT.
Mereka langsung berdatangan ke Jakarta International Cargo Terminal (JICT) II. Ikut dalam evakuasi bersama unsur lain di bawah koordinasi Basarnas.
Sambil membawa peralatan selam masing-masing. Mulai tabung udara sampai kompresor. Peralatan kesehatan mulai cairan antiseptik hingga sarung tangan lateks. Logistik lain juga berdatangan.
Rendra Hertiadhi, 50, penyelam dengan kualifikasi instruktur trainer, menuturkan, total ada 23 orang yang bergabung di posko yang didirikan di JICT II itu. Mereka bergantian ke lokasi pencarian korban pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, sekitar dua jam perjalanan dari dermaga di Jakarta Utara itu.
’’Minimal yang ikut rescue itu diver master atau instruktur. Kalau latar belakang, bermacam-macam. Ada yang polisi, wiraswasta, dan memang instruktur selam,’’ kata Rendra yang punya usaha kuliner di Jakarta.
Untuk mengevakuasi korban dari dalam air, diperlukan keahlian khusus yang telah terlatih dan berpengalaman. Apalagi, pesawat tersebut jatuh di kedalaman 30–35 meter yang termasuk penyelaman dalam.
Selain itu, arus bawah laut yang kencang sampai 3 knot menjadi tantangan tersendiri. Meski, bisa diatasi dengan berbagai strategi seperti penyesuaian arus pasang surut laut. Sebab, arus bawah kencang saat pasang dan surut.
’’Menyelam mengikuti arus sehingga sampai ke objek. Atau pakai alat underwater scooter untuk melawan arus,’’ jelas Rendra yang pernah terlibat dalam evakuasi korban jatuhnya AirAsia QZ 8501 di Selat Karimata pada Desember 2014.