Syachrul Anto, Pria Humoris Itu Mendadak Bicara Takdir
Menurut dia, kondisi lokasi kecelakaan Lion Air dan AirAsia tak jauh berbeda. Di AirAsia, kedalaman airnya 35–38 meter, sedangkan Lion Air 30–35 meter. Hanya, di Selat Karimata dekat Pangkalan Bun itu dasar lautnya kebanyakan pasir.
Sedangkan kontur perairan Karawang berlumpur hampir selutut sehingga mudah keruh. ’’Kalau angin, efeknya ke gelombang nanti ada turbulensi di dasar. Kan dasarnya lumpur, naik airnya keruh, jarak pandang pendek,’’ ungkapnya.
Tantangan lain adalah masalah kesehatan. Sebab, yang dievakuasi adalah jenazah yang terendam air. Bakteri-bakteri pun rawan menempel pada tubuh dan peralatan selam. ’’Makanya begitu keluar dari air setelah evakuasi itu langsung diberi cairan disinfektan. Juga pakai alkohol,’’ kata Rendra.
Saat evakuasi korban AirAsia dulu, jasa Anto sangat dikenang. Sebab, dialah yang berhasil menemukan jenazah kopilot pesawat tersebut. ’’Waktu gempa di Palu kemarin dia juga ikut, tapi cuma ditempatkan di dapur,’’ tambah Lyan tentang sang suami yang kemarin dimakamkan di Surabaya tersebut.
Anto aktif menyelam sejak 2014. Karena itu, begitu diminta menggantikan seorang teman untuk mencari korban jatuhnya Lion Air, dengan segera dia berangkat.
Padahal, saat itu dia berposisi di Jogjakarta. Menghadiri acara keluarga bersama sang istri. Peralatan selamnya pun ada di Makassar, kota tempat dia mengelola usaha ekspedisi.
’’Dia pinjam peralatan dari seorang temannya anggota Basarnas,’’ ujar Lyan.
Lyan yang sudah hafal jiwa sosial sang suami pun tak menghalangi. Meski, tak seperti biasanya, untuk kepergian kali ini, dia agak berat melepaskan.