Syarief Hasan: Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Pemerintah Kurang Kompak
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarief Hasan menyatakan keprihatinan terhadap menajemen Pemerintah dalam menanggulangi Pandemi Covid-19. Pasalnya, sampai saat ini, pertumbuhan kasus di Indonesia masih sangat tinggi di atas 1.000 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 115.056 orang pada Selasa (4/8/2020).
Menurutnya, pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa waktu belakangan terkait kementerian dan lembaga negara yang bekerja sendiri-sendiri menunjukkan kurang kompaknya Pemerintah hari ini. Padahal keberhasilan beberapa negara dalam menanggulangi Pandemi Covid-19 tak terlepas dari peran bersama dan saling bahu-membahu antar lembaga.
Dia juga melihat bahwa kinerja Menteri yang notabene adalah pembantu Presiden sangat kurang. Bahkan, Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan terkesan mengurusi hal-hal teknis seperti contoh cara sosialisasi pemakaian masker dan jaga jarak yang seharusnya bisa dikerjakan oleh Menteri terkait. Yang paling terlihat, beberapa kali Presiden Jokowi menegur kementerian/lembaga yang dianggap kurang memiliki sense of crisis, terutama yang lamban dalam penyerapan anggaran penanganan.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menilai bahwa kesuksesan penanganan Pandemi Covid-19 sangat tergantung pada Pemerintahnya. Sebab, Pemerintah memiliki sumber daya yang besar dan kemampuan intervensi pada setiap kebijakan-kebijakan di Indonesia.
“Angka positif harian yang tinggi menunjukkan kurang efektifnya berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah,” ungkap Syarief.
Memang, di beberapa negara termasuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN telah berhasil menekan penyebaran Covid-19. Praktis, hanya Indonesia yang masih memiliki peningkatan kasus tajam di wilayah Asia Tenggara. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah di masing-masing negara.
Syarief Hasan pun memberikan contoh peran sentral kepala pemerintahan di beberapa negara. Perdana Menteri Malaysia misalnya, sejak mengalami penyebaran di awal Maret, ia langsung mengambil kebijakan lockdown untuk menutup ruang masuknya pembawa virus ke negara tersebut. Akhirnya, Malaysia mampu menekan angka positif Covid-19 dan menjaga pertumbuhan ekonominya.
Tak hanya PM Malaysia, Presiden Turki pun mengambil kebijakan lockdown di setiap akhir pekan dan aturan ketat tinggal di rumah bagi anak-anak dan lansia. Kebijakan ini berhasil menekan angka positif di Turki.