Tahija Wolbachia
Oleh: Dahlan IskanPemerintahan pun berganti. Kebijakan juga berubah. Menkes Budi Gunadi Sadikin mendengar kisah sukses pemberantasan DB di Yogyakarta itu.
Maka pemerintah pusat kini justru memperluasnya ke lima kota: Jakarta Barat, Bontang, Semarang, Bandung, dan Kupang. Tetap menggandeng UGM dan Yayasan Tahija.
Tidak termasuk Bali seperti saya tulis kemarin. Program di Bali itu ternyata beda. UGM dan Yayasan Tahija tidak dilibatkan di Bali.
Rupanya sukses di Yogyakarta terdengar pula sampai di Australia. Lalu pemerintah Australia memberikan dana untuk program "serupa Yogyakarta" di Bali. Pelaksananya Monash University dan organisasi nyamuk dunia.
Ketika temuannya diterapkan di Yogyakarta, Prof O'Neill memang sering ke Yogyakarta. Dia juga selalu mendapat up date jalannya program di Yogyakarta. UGM telah belajar ke O'Neill dan O'Neill telah belajar dari UGM.
Rupanya Monash, sebagai perintis, tidak mau pada akhirnya dikalahkan oleh UGM.
Persaingan tidak hanya terjadi di bisnis. Juga di universitas dan di ilmu pengetahuan.
Kalau saja Monash tidak diizinkan ke Bali, bisa saja UGM menjadi yang paling hebat di soal demam berdarah. (Dahlan Iskan)