Tahu dan Tempe Mulai Langka
Diketahui, keberlangsungan usaha para perajin tahu-tempe terancam. Ini imbas dari tidak terkendalinya harga kedelai yang menembus Rp10-12 ribu per kilogram.
Bahkan, perajin tahu-tempe se-Indonesia akan mogok produksi selama tiga hari mulai pekan depan. Dampaknya jelas, peredaran tahu-tempe akan menghilang di pasar.
Perihal mogok produksi ini dibenarkan Ketua Umum Gabungan Asosiasi Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin. Dia beralasan, para perajin sudah tidak kuat membeli kedelai. Mogok produksi ini, kata dia, sebagai bentuk protes terkait harga kedelai yang melonjak hingga menembus Rp10.000–Rp12.000/kg dari harga normal Rp7.700–Rp8.000/kg.
’’Kami akan melakukan mogok produksi mulai Senin depan selama tiga hari dari 9–11 September 2013. Kini harga kedelai Rp8.000–Rp10.000/kg itu tertinggi dalam sejarah,” kata Aip, Kamis (5/9).
Bagaimana di Bandarlampung? Menurut Soekemih, perajin tempe di Jl. Sasono Loyo, Gunungsulah, langkah ini (mogok produksi, Red) terpaksa dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas makin mahalnya harga kedelai sebagai bahan baku utama tempe dan tahu.
’’Di Lampung, setiap hari selalu ada lonjakan harga. Untuk hari ini saja sudah Rp9.300/kg. Selalu ada kenaikan setiap minggunya,” bebernya.
Diungkapkannya, perajin tempe dan tahu di Bandarlampung yang berpusat di Kampung Sawah, Telukbetung, Mekarsari, dan Gunungsulah, siap mengikuti instruksi Gakoptindo.
’’Hari ini merupakan hari terakhir para perajin mengolah kedelai menjadi tempe. Silakan lihat saja nanti pas Senin depan. Kami meminta maaf kepada konsumen dan pencinta tahu-tempe atas tindakan mogok massal ini,” bilangnya.