Tahun Perusuh
Oleh: Dahlan IskanSaya menengok ke langit. Terang. Mendungnya tipis. Pun di langit Banten.
Kami juga berunding bagaimana cara mengadakan air panas untuk mandi keesokan harinya. Untuk saya. Juga untuk Perusuh yang umurnya sudah mengejar saya.
Maka kami sepakat: Kang Sahidin akan membuat tungku darurat. Toh pasti banyak dahan kering di sekitar kamp.
Kang Sahidin biasa bakar ikan. Nicky sudah membawa teko besar.
Pipit membawa teko yang sama. Rupanya Pipit begitu terpengaruh oleh komentator yang nakal soal air panas.
Begitu mendengar bus rombongan tiba lebih dulu, saya langsung minta Pipit edarkan angket lewat HP: bagaimana kesan pertama mereka. Pilihan jawabannya hanya tiga: senang, biasa, kecewa.
Tiga orang langsung menjawab: senang. Yang lain tidak segera merespons. Mungkin sibuk cari kamar masing-masing.
Ternyata mereka menerima kunci kamar. Bukan disuruh tidur di tenda.