Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tak Punya Kaki Kanan, Bangun Musala dan Ajar Mengaji Belasan Anak

Jumat, 05 Februari 2016 – 05:44 WIB
Tak Punya Kaki Kanan, Bangun Musala dan Ajar Mengaji Belasan Anak - JPNN.COM
Mudharik Bakri (belakang) mengajar mengaji belasan anak di musala yang dia bangun. Foto: dok/Radar Madura

Awalnya, dia mengajari anak-anak itu di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bambu. Belakangan dia berhasil membangun musala. Bangunan sederhana itu untuk para santri. Uang yang digunakan untuk membangun musala hasil pemberian keponakannya. Sejatinya, uang itu untuk keperluan pribadinya.

Belasan santri itu mengaji setiap bakda subuh dan setelah magrib. Selama ini dia mengajari mereka seorang diri. Saat liburan pondok Mudharik dibantu Mohdiyanto, keponakannya. Saat ini anak saudaranya itu masih belajar di salah satu pondok pesantren di Rembang, Jawa Tengah.

Dia berharap Mohdiyanto kelak dapat menggantikan dirinya. Namun, selama masih mampu membuka buku atau kitab, dia akan berusaha untuk mengajari anak-anak. Saat ini, kondisi tubuhnya terlihat lemah. Sesekali tangannya terlihat gemetar. 

Mudharik mengaku memiliki sepetak tanah warisan kedua orang tuanya. Lahan itu dikelola oleh saudaranya. Dari tanah itu dia bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mudharik memiliki empat saudara. Salah satunya perempuan. Dialah yang menjaga dan merawat pria yang telah 38 tahun menjadi guru mengaji itu. ”Saya dirawat saudara perempuan yang nomor tiga. Ibunya Mohdiyanto. Mulai kebutuhan makan dan semacamnya, dia yang melayani,” tuturnya.

Selain untuk tempat belajar mengaji, musala itu juga ditempati salat tarawih tetangga sekitar. ”Semoga ini jadi bekal ibadah saya di akhirat nanti,” katanya penuh harap.

Lelaki yang memakai cincin akik hitam itu hanya tersenyum ketika ditanya terkait bantuan guru ngaji. Meski telah puluhan tahun mengajari anak-anak, dia baru mendapat bantuan itu pada 2015. 

”Kebetulan tahun-tahun sebelumnya dia tidak terdata di kartu keluarga (KK) dan baru diketahui. Terkendala saat mengurus kelengkapan persyaratan. Beliau tidak memiliki KK dan KTP,” ungkap Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Banyuates Rony Salaki. Sejak 2015 lalu administrasi kependudukan Mudharik diproses oleh aparat desa setempat. (*/luq/adk/jpnn)

GURU mengaji yang satu ini menjadi bukti, keterbatasan fisik sesesorang tidak menyurutkan semangat untuk berbuat baik. Ini cerita pendek tentang

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close