Tak Usah Mengusik Agama Orang Lain
Hal ini mencerminkan bahwa sejak awal Islam telah mengembangkan budaya dialog untuk memecahkan sebuah masalah.
"Dengan terus mendalami dan mengamalkan nilai agama dalam koridor perbedaan, bangsa Indonesia pasti akan kebal dari berbagai pengaruh paham transnasional yang tujuannya ingin memecah belah NKRI,” imbuhnya.
Nasarudin menambahkan, dalam Islam, umat wajib menghormati dan mengurus mayat siapa saja tanpa melihat agamanya. Itu artinya, Islam sangat menghormati perbedaan.
Dengan demikian, bila ada orang yang mengatasnamaan Islam, tetapi begitu mudah menghilangkan nyawa manusia lain, dia bukanlah orang Islam dan bukan pula disebut jihad.
"Jihad dalam Islam itu untuk menghidupkan orang. Jihad untuk meningkatkan martabat kemanusiaan, dan perekonomian masyarakat, bukan untuk menciptakan keonaran dan kesengsaraan. Dalam Islam tidak ada paksaan. Kalau orang sudah tenang dengan agamanya, tidak usah diusik-usik. Urusan kesesatan agama itu biarlah jadi urusan Allah SWT," terang salah satu Kelompok Ahli BNPT ini.
Dia mengakui, masih ada di masyarakat yang mengusik akidah orang lain. Hal itu kembali ke hati masing-masing dalam menggunakan bahasa agama.
Faktanya banyak contoh orang keliru dalam menggunakan bahasa agama sehingga menimbulkan persoalan besar seperti yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Betapa kalau kita menggunakan bahasa agama, akibatnya sangat besar. Hati-hati menggunakan bahasa agama, jangan gunakan untuk tujuan subjektif atau bisnis dengan memakai ayat atau hadis," tuturnya. (jos/jpnn)