Tangan-Tangan Asing Bikin Syria Makin Keruh
jpnn.com - Konflik Syria kini bukan lagi perang sipil antara oposisi bersenjata melawan rezim Assad. Banyaknya tangan-tangan asing yang terlibat diprediksi membuat perang Syria sulit terhenti.
Ada "perang di dalam perang" di Syria. Mulai perang proxy antara Rusia dan AS, pertempuran Hizbullah dan Israel, militan ISIS dan AS-Rusia, dukungan uang dan persenjataan Iran ke Syria untuk memukul mundur oposisi bersenjata, serta Turki yang memerangi milisi Kurdi. Semua campur tangan itu membuat situasi kian keruh.
Saudi ikut turun tangan secara tidak langsung dengan cara mendanai oposisi bersenjata di Syria. Negara-negara Eropa juga ikut terlibat dan mendukung AS.
Perang Syria selama tujuh tahun itu juga membuat Eropa kelimpungan. Sebab, pengungsi Syria berduyun-duyun ke Benua Biru untuk mencari perlindungan.
AS yang getol menyerang Syria malah justru menutup pintu untuk para pengungsi tersebut. Belum diketahui apakah setelah serangan kali ini AS akan mengubah kebijakannya terkait pengungsi.
Christopher Phillips, penulis buku The Battle for Syria: International Rivalry in the New Middle East, mengungkapkan bahwa publik bisa belajar dari literatur tentang perang sipil.
Hampir semuanya menunjukkan bahwa semakin banyak kekuatan asing yang terlibat, kian sulit perang berakhir.
”Karena sebagian besar kekuatan asing itu tidak mau berhenti sampai mereka kehabisan tenaga atau klaim dan keinginan mereka terpenuhi,” terang Phillips seperti yang tertuang di majalah The Atlantic.