Target Gaet Wisatawan Mancanegara di Atas 12 Juta
Dia mencontohkan, sepanjang tahun 2016 saja, ada 14 peristiwa terkait isu keamanan, terutama bom dan aksi demonstrasi di 3 greaters, Bali, Jakarta, Kepri. Tiga greater situ sudah 90 persen masukkan wisman ke tanah air.
Bali 40 persen, Jakarta 30 persen dan Kepri (Batam-Bintan) 20 persen. Bahkan, terror bom dan demo-demo besar itu makin intens justru di saat peak seasons pariwisata, bulan November-Desember 2016.
“Kita semua tahu, Safety dan Security kita di posisi nomor 83, dari 141 negara yang dinilai oleh Travel and Tourism Competitiveness Index Report 2015. World Economic Forum (WEF) itu meranking 14 pilar yang menjadi penentu sukses tidaknya Pariwisata di 141 negara. Safety and Security itu sangat menentukan kedatangan wisman,” ungkap Pitana.
Apa kaitannya? Wisman berpotensi membatalkan kedatangan ke Indonesia, jika indkes keamanan Negara ini termasuk dalam kategori “tidak aman.” Negara originasi bisa mengeluarkan Travel Advisory dan Travel Warning kepada warganya untuk tidak berwisata ke Negara yang dimaksud.
“Tahun 2016 itu, banyak Negara yang sudah mengeluarkan Travel Advisory dan Travel Warning tersebut. Australia, Selandia Baru, Inggris, Malaysia, berkali-kali menerbitkan surat itu,” kata Pitana.
Dampaknya, wisatawan yang sudah memiliki planning ke Indonesia akan mengurungkan niatnya. Mereka bisa belok ke nagara lain, atau mengubah rencana kedatangannya sampai batas waktu yang belum ditentukan.
“Karena ketika surat itu turun, maka Insurance tidak akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa di negara yang dikunjungi. Ini sangat memukul pariwisata,” jelasnya.
Tetapi, jumlah wisman yang masuk ke tanah air itu tertolong oleh program Kemenpar yang berdampak signifikan. Seperti di Pengembangan Destinasi, ada kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk 169 negara, lalu deregulasi di bidang cabotage cruise dan CIAT yacht, yang membuat lebih simple. Lalu pengembangan 10 Bali Baru, yang direspons sangat positif oleh market.