Tarian Sufi Sebar Energi Positif di Rumah Pak Ganjar, Mengirimkan Doa dan Zikir ke Langit
Jubah yang dikenakan empat penari itu, meliuk-liuk seirama dengan ketukan samer.
Menurut pengasuh Ponpes Al Islah Meteseh Semarang itu, tarian tersebut ditujukan sebagai bentuk munajat kecintaan di tengah Pandemi.
"Ketika tari sufi ini diputarkan, mengisyaratkan kepasrahan. Dan kepasrahan itulah kekuatannya terletak di Allah," katanya.
Kepasrahan yang dia maksud bukan sebuah fatalistik atau sebuah sikap yang menempatkan manusia sepenuhnya sebagai agen pasif.
Karena dalam paham itu, manusia sama sekali tidak memiliki daya untuk membuat pilihan dan melakukan ikhtiar (usaha).
"Kepasrahan bukan fatalistik. Kepasrahan itu seperti tari sufi, mereka terus gerak tapi diam, dia tidak berpindah. Itu maknanya bergerak tapi pasrah," katanya.
Tari sufi dan kasidah Laila Majnun itu jadi bagian pertunjukan pada Panggung Kahanan edisi ke 8, yang digelar di rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, Rabu (20/5).
Selain mereka, beberapa penyair juga turut membawakan puisi, dari Timur Sinar Suprabana, Apito Lahire sampai Sosiawan Leak.