Tarif Sukarela, Bisa Kantongi Hingga Rp 1 Juta per Hari
Jembatan itu dibuka 24 jam. Punya pengelolanya sendiri. Setiap hari dijaga oleh anak-anak dan kelurga H Timbul secara bergantian.
Dialah yang berinisiatif untuk membangun jembatan yang mayoritas konstruksi kayu, dan bambu tersebut. Meski demikian, pondasi jembatan cukup kokoh dengan menggunakan besi dan coran.
Keluarga H Timbul sudah 10 tahun lebih mengelola jembatan itu. Awalnya jembatan itu dibangun oleh warga asal Desa Kalibuntu Kecamatan Losari.
Namun karena sering terbawa arus Sungai Cisanggarung saat hujan deras, dia tak sanggup lagi memelihara jembatan itu. Akhirnya diserahkanlah jembatan itu kepada pemilik lahan.
Waktu itu, sebenarnya Pemerintah dan juga Pabrik Gula (PG) tengah merencanakan pembangunan jembatan permanen. Ada dua lokasi yang dipilih. Di Desa Cilengkrang dan Di Desa Cigobangwangi.
Waktu itu, Pabrik Gula berkepentingan membangun jembatan permanen untuk akses angkutan tebu yang berada di Kecamatan Pasaleman.
Maka dilakukan polling, untuk menentukan lokasi pembangunan jembatan. Ternyata warga lebih memilih membangun jembatan permanen di Desa Cilengkrang daripada di Cigobangwangi.
Karena di Cilengkrang bisa menjangkau akes ke lima desa. Sementara apabila di desa cigobangwangi hanya mengakeses dua desa.