Tarif Sukarela, Bisa Kantongi Hingga Rp 1 Juta per Hari
Karena tidak jadi dibangun jembatan permanan di Desa Cigobangwangi, lalu warga pun berinisiatif lagi membangun jembatan yang dulu sempat hancur itu.
H Timbul kemudian membangun jembatan itu dengan dana pribadinya. Ada sepuluh tiang bordes yang menahan jembatan itu. Rupanya tiang itu cukup kuat, hingga kini sudah 10 tahun jembatan itu masih kuat berdiri.
"Ya kalau kena aliran air saja mungkin bisa kuat, tapi kalau ada pepohonan yang hanyut bisa saja runtuh lagi," tukas Ismail.
Setiap tahun, jembatan itu diperbaiki. Dananya dari tarif bayaran warga yang melintasi jembatan itu. Jembatan itu sendiri dijaga oleh anak-anak H Timbul, biasanya tiga kali sift, siang, malam dan pagi.
Rupanya, bagi warga adanya jembatan berbayar itu tidak memberatkan. Malah memudahkan. Karena mereka bisa lebih cepat sampai tujuan. Apabila harus melintasi jembatan permanen di Desa Cilengkrang, mereka harus memutar cukup jauh.
Dalam sehari, dana yang terhimpun bisa mencapai Rp 300 ribu. Bahkan apabila kendaraan ramai, bisa mencapai Rp 600 ribu hingga satu juta rupiah.
"Ya kalau warga sini tidak keberatan, karena tarifnya kan seikhlashnya. Biasanya ada yang ngasih seribu atau dua ribu. Kalau Ramadan atau lebaran itu ramai sekali," tukas Ketua RT 3 RW 7, Darkim.
Jembatan itu memang berukuran kecil, hanya cukup untuk dua kendaraan roda dua. Sementara untuk kendaraan roda empat harus tetap melewati jembatan permanen di Desa Cilengkrang.