Tayangan Televisi Semakin Parah! Tokoh Kartun Kok Cabul?
jpnn.com - RORO Hanggono merasakan kegelisahan sebagai orang tua. Penyebabnya, banyak tayangan televisi yang tidak sesuai dengan umur anak-anak. Menurut dia, saat ini orang tua punya tantangan besar untuk memilihkan tayangan di layar kaca yang bisa dikategorikan ramah anak. Bahkan, konten dengan label ”tayangan anak” pun sering tidak sesuai dengan usia anak-anak.
(BACA: Laporan KhususTayangan Televisi Semakin Parah! Anak 6 Tahun: Mama, Pacaran Itu Apa?)
Tak jarang, kemasannya saja yang dibungkus dalam film kartun anak. Namun, ketika dicermati, kartun itu memuat dialog dan adegan yang mengandung kekerasan atau ucapan tak sopan, penokohan ekstrem, atau baju serbamini dan terbuka yang dipakai si tokoh dalam film kartun.
Langkah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memberikan teguran dan evaluasi terhadap beberapa tayangan kartun di televisi mendapat apresiasi dari orang tua. Namun, itu baru langkah kecil. ”KPI hanya salah satu alat bantu. Kendali utama tetap pada orang tua,” ucap Roro.
Ibunda dua putra, Rayan, 7, dan Raufan, 2, yang merupakan istri aktor Rizky Hanggono itu berusaha melindungi anak dari stimulus-stimulus negatif di sekitar. Termasuk, yang sulit dihindari adalah media televisi dan gadget.
Sebagai orang tua, Roro menyadari, dirinya tidak bisa menuntut KPI dan pemerintah. Peran pengawasan dan evaluasi memang ada pada dua pihak tersebut. Dia berharap evaluasi itu dilakukan secara menyeluruh, tidak parsial dan tidak tebang pilih. Namun, di sisi lain, industri hiburan juga punya kepentingan. ”Kita pun tidak bisa mengontrol industri,” tutur Roro. Maka, kendali utama ada pada orang tua.
Orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk memantau setiap aktivitas sang buah hati. Perempuan yang memiliki bisnis Adhyakti Wedding Planner itu melakukan pengawasan tidak dengan sekadar membatasi jam nonton, melainkan juga dengan mendampingi anak-anak saat menonton TV. Sambil mengajak berdiskusi.
”Kita bahas tokoh mana yang dia suka, kenapa suka, mana yang tidak bagus dan tidak boleh ditiru,” urai Roro. Dengan begitu, dia sekaligus melatih pola pikir anak sehingga bisa memilah sendiri mana yang boleh ditonton dan mana yang tidak.