Tekad Baru: Hidup yang Polos-Polos Saja
Senin, 04 Juni 2012 – 00:48 WIB
Kalau dari sekitar 20.000 hektare ladang garam di seluruh Indonesia bisa diberikan membran 10 persennya saja, hasilnya bisa mencapai 1,7 juta ton/tahun. Sudah melebihi keperluan garam untuk manusia Indonesia.
Tapi, membeli membran untuk 2.000 ha ladang garam memang memerlukan biaya besar. Tiap hektare memakan dana Rp 20 juta. Tapi, angka itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan PMN untuk bidang lain. Padahal, angka itu begitu besar artinya bagi petani garam. Belum lagi bagi harga diri bangsa yang selalu dihina dengan kalimat: garam pun harus impor!
Sambil menunggu PMN, saya akan minta bank-bank BUMN untuk menghitung. Mungkinkah skema kredit dilakukan untuk membranisasi itu. Menurut hitungan Dirut PT Garam, payback membran ini hanya dua tahun. Berarti petani garam bisa mengembalikan kredit itu dalam dua tahun. Apalagi kalau diizinkan menggunakan dana KPBL BUMN untuk membayarkan bunganya. Agar petani garam tidak dibebani bunga.