Tekan Prevalensi Merokok, Asosiasi Pelaku Usaha Dorong Pemanfaatan Produk Tembakau Alternatif
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia (ARVINDO), Fachmi Kurnia Firmansyah menjelaskan produk tembakau alternatif merupakan penghantar nikotin tanpa proses pembakaran.
Sebagian produk tembakau alternatif menerapkan proses pemanasan sehingga tidak menghasilkan TAR, partikel padat yang dihasilkan ketika rokok dibakar dan bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.
“Produk tembakau alternatif layaknya diperlakukan sebagai harm reduction (pengurangan bahaya) untuk para perokok dewasa. Implementasi harm reduction ini seperti penggunaan gula rendah kalori dan beras merah untuk orang yang memiliki penyakit diabetes atau upaya mencegah diabetes, tetapi tidak bisa lepas dari rasa manis dan kebiasaan mengonsumsi nasi,” ujar Fachmi, Senin (5/2).
Penelitian ilmiah bertajuk Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2015 dari Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial atau UK Health Security Agency (UKHSA) di Inggris, menunjukkan produk tembakau alternatif memiliki risiko 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.
Bukti ini menjadi landasan bagi negara seperti Selandia Baru, Jepang, Swedia, dan Inggris untuk memaksimalkan produk tembakau alternatif sebagai strategi mengurangi prevalensi merokok di negara tersebut.
“Kami berharap agar pemerintah Indonesia mau merujuk ke negara-negara yang telah berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai salah satu langkah menekan prevalensi merokok dan penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok,” ujar Fachmi.
Sebagai langkah awal dalam memaksimalkan produk tembakau alternatif, Fachmi mendukung pemerintah dalam melakukan penelitian oleh lembaga yang independen sehingga dapat membuat kebijakan dan memberikan informasi komprehensif bagi masyarakat, khususnya perokok dewasa.
“Sebagai asosiasi pelaku industri produk tembakau alternatif, kami semua siap menjadi mitra pemerintah dalam upaya menurunkan risiko dari kebiasaan merokok,” imbuhnya.