Tentang Kegigihan, Keikhlasan, dan Impian Polisi Hebat Itu
Hingga saat ini sarana dan prasarana untuk mendukung anak-anak mengaji juga terbatas. Ponpes Al Fathul Alim belum memiliki jumlah buku Iqra ataupun Alquran yang mencukupi untuk satu per satu sesuai jumlah santri.
Sesekali, Junaidin juga menyediakan makan kepada para santri. Itu dilakukan agar mereka bersemangat selama mengaji. Selain itu, yang bisa fasih dan hafal membaca Alquran diberi hadiah.
Kelak, jika ada anak didik ponpes Al Fathul Alim yang bisa hafal Alquran sampai 30 juz, Junaidin berjanji membantu menyekolahkan mereka ke Makkah dan Madinah. Tak mudah memang, tapi dia yakin ada santri dari ponpesnya yang bakal jadi hafiz.
Untuk biaya sekolah ke Makkah dan Madinah, Junaidin mengaku sudah memiliki jalur. Yakni, famili yang tinggal di Makkah. Melalui mereka, Junaidin akan mengirim anak berprestasi itu untuk bersekolah dan tinggal bersama saudaranya tersebut. ”Mereka siap bantu,” ujarnya.
Kegigihan Junaidin mendirikan dan menjalankan ponpes sendirian itulah yang membuat Dimas Zakia tergerak. Salah seorang pengajar yang membantu Junaidin itu mengaku terpanggil. ”Saya baru awal tahun ini ada di sini,” kata adik kandung Junaidin itu.
Dengan kesibukan Junaidin, Dimas sering membantu Junaidin untuk urusan internal ponpes. Selain mengajar, Dimas yang menginap di ponpes itu rutin membersihkan lingkungan sekitar setiap hari.
Dimas mengaku bangga dengan dedikasi dan keikhlasan kakaknya. Sebab, hampir semua waktu luang yang dia gunakan dihabiskan untuk pengembangan ponpes.
”Jadi, saya senang bisa membantu dia,” katanya.