Tentang SID yang Sempat Dicap Antiorang Jawa, Pengkhianat Punk dan Miskin Moral
jpnn.com - JAUH sebelum terkenal seperti sekarang, Superman Is Dead (SID) dikenal sebagai band rasis dan amoral oleh para Outsider – fans SID. Cerita miring itulah yang kemudian diangkat sang manajer, Rudolf Dethu dalam sebuah buku yang dirilis tepat pada perayaan ke – 20 SID di kapal pesiar Quicksilver.
Sudah 20 tahun Bobby Kool (vokal, gitar), Eka Rock (bas), JRX (drum), berkarya di belantika musik tanah air.
Memulai karir profesional dengan hanya ditonton tiga orang, di antaranya sang manajer, hingga kini memiliki jutaan penggemar militan, jelas sebuah prestasi membanggakan.
Berbeda dengan band lain, SID tidak hanya mengepakkan karir di industri musik, tapi juga gemar melakukan aksi sosial. Beragam aktivitas sosial mereka lakukan.
Yang terbaru adalah aktif dalam pergerakan menolak reklamasi Teluk Benoa.
Beragam aktivitas mulai dari musik, hingga menjadi aktivis lingkungan itulah yang menggelitik mantan manajer SID, Rudolf Dethu.
Rudolf Dethu-lah yang berinisiatif mengungkap cerita-cerita mengenai tiga pria asal Bali yang penuh dikabuti mitos itu. Dia yang kemudian mengajak para mantan partner kerjanya itu untuk merilis kumpulan pengalaman mereka selama berkarir di musik.
Menerbitkan biografi, tepatnya. Dan dari hasil berdiskusi panjang lebar antara Rudolf Dethu dengan SID muncul ide untuk mengupas lika-liku perjalanan tersebut dengan cara membaginya menjadi beberapa bagian.