Tentang SID yang Sempat Dicap Antiorang Jawa, Pengkhianat Punk dan Miskin Moral
“Karena saya penulis, saya dihadapkan situasi harus menulis. Kebetulan dulu saya manajer SID dan apa yang tahu tentang mereka saya tulis. Akhirnya SID memutuskan untuk memproduseri buku ini, ” jelas Rudolf Dethu, saat bincang-bincang mengenai buku tersebut di dalam kapal.
Memilih tiga isu yakni Rasis! Pengkhianat! Miskin Moral! karena tiga isu itu yang Rudolf Dethu paling ketahui. B
elakangan buku tersebut diberi judul Rasis! Pengkhianat!Miskin Moral! Tiga Kontroversi Besar, Melelahkan, & Nyaris Mematikan Karir Bermusik Superman Is Dead.
Rasis ini hubungan bahwa SID dulu sempat dicap band antiorang Jawa. Sementara dibilang pengkhianat karena SID bergabung dengan label (perusahaan rekaman raksasa) Sony Music dan juga dicap band sombong.
Miskin moral, itu tentang kebiasaan SID bawa bir ke panggung dan dicap sebagai kurang baik atau miskin moral. “Saya pikir tiga isu ini sangat penting untuk ditulis. Ini sebuah fenomena menarik, karena tidak banyak ada di band-band lain, sekaligus kami meluruskan. Karena sebenarnya tidak seperti itu, ” terangnya.
JRX, drummer SID mengakui, mulai awal tahun 2000-an sebelum masuk Sony Music mereka sudah menerima semacam ancaman.
Seperti SID tidak usah manggung di Jawa, sok Inggris, tidak nasionalis dan isu miring lainnya. Namun, mereka menghadapi segala isu tersebut. SID konser di luar Bali, pertama kali di Bantul, Jogjakarta.
Sambutannya bagus. Berawal dari sana, isu miring tentang mereka, minggir dengan sendirinya. “Saya pikir, mengenai isu yang menimpa kami, itu karena Indonesia secara garis besar belum siap menerima band dari luar Jakarta dan Bandung. Itu analisis saya,” tandasnya.