Terapis Anak Berkebutuhan Khusus itu Shock saat Sadari Anak Pertama Autis
Di keluarga besar pasangan Gunadi dan Anggita Yuliastuti, Verrel, yang lahir pada 2001, merupakan cucu pertama. Karena itu, wajar jika anggota keluarga lainnya menaruh harapan tinggi kepada buah hati pasangan yang menikah pada 2000 tersebut.
Sejak sebelum menikah, keduanya memang terjun di bidang terapi anak-anak berkebutuhan khusus.
”Ini karena kamu atau istri kamu pasti membatin (punya anak autis) waktu hamil Verrel. Jadinya begini deh,” ungkap Gunadi, menirukan respons anggota keluarganya waktu itu.
Pernyataan yang setengah menyalahkan itu sempat membuat Gunadi dan istrinya makin drop. ”Saya lalu bilang kepada keluarga, ingin Verrel selamanya menjadi autis atau tidak. Kalau tidak, ayo kita sembuhkan bareng-bareng,” bebernya.
Verrel mulai menjalani terapi saat berusia 18 bulan. Tidak hanya dititipkan kepada terapis di Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet yang didirikannya bersama sang istri, Verrel juga diterapi sendiri oleh Gunadi.
”Bahkan, eyang-eyangnya juga ikut menerapi. Alhamdulillah, semua kooperatif,” tutur dia.
Memang dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menanti progres hasil terapi pasien autisme. Hingga usia tiga tahun, Verrel belum bisa berbicara satu kata pun. ”Sekali lagi, saya yang tahu ilmunya saja juga sempat stres menghadapi situasi itu,” kenangnya.
Sampai-sampai dia ikut-ikutan melakukan tindakan yang tidak masuk akal secara keilmuan. Sebelum kembali berfokus pada tahap-tahap terapi dengan menyiapkan dan menyajikan 500 konsep kata, dia sempat mengikuti saran sejumlah orang. Yaitu, mengibas-ngibaskan lima lembar daun sirih yang ditanam di halaman rumahnya ke lidah Verrel tiap Jumat sepulang kerja.