Terbang setelah Delapan Tahun Gantung Ijazah di Kamar
Selasa, 21 Oktober 2008 – 11:55 WIB
Sebagai pilot, Monik memang sibuk. Bahkan, pada Lebaran lalu, saat mayoritas masyarakat asyik menyantap ketupat dan opor masakan khas Lebaran, dia harus merayakan Lebaran hari kedua di udara. “Saya kebagian terbang ke Padang. Asyik juga Lebaran di udara,” katanya.
Di tengah tudingan kurang amannya penerbangan di tanah air, Monik mengakui ada sebagian keluarganya yang khawatir dengan profesinya. Namun, soal keselamatan diri itu Monik mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa.
“Ya, paling kalau turbulensi atau cuaca buruk ya banyak-banyak membaca ayat kursi. Ibu (Susi Handayati, 60) juga minta (dirinya) untuk (perbanyak) tahajud karena kondisi cuaca saat ini sering tidak bersahabat,” kata waniya yang hobi renang ini.
Sebagai pilot, berbagai situasi yang tidak mengenakkan pernah dialami. Misalnya pengalaman pendaratan darurat setidaknya dua kali. Monik bangga perusahaan tempat dia bekerja memiliki standar keamanan yang cukup tinggi.
“Kalau memang tidak save, kita nggak bakal bertaruh. Kami memiliki standard operating procedure yang mapan,” sebut Monik yang pekan ini ditugasi perusahaannya untuk mengambil pesawat Airbus baru di Toulouse, Prancis.
Setelah cita-citnya jadi penerbang tercapai, Monik tidak berhenti bermimpi. Dia memiliki keinginan untuk bisa mempunyai airlines sendiri. “Kalau bisa juga ingin sekolah lagi. Ambil master di bidang Aviation. Mudah-mudahan ada yang mau memberikan sponsor,” kata Monik.