Tergerak setelah Membaca Buku 'Banker to the Poor'
jpnn.com, JAKARTA - USIA boleh muda, tapi terobosannya layak diapresiasi. Melalui Vasham, perusahaan berkonsep social enterprise, Irvan Kolonas, 26, mengajak petani jagung di Lampung mengembangkan agrobisnis.
-----------------
Laporan NORA SAMPURNA, Jakarta
-----------------
Delapan tahun silam, Irvan yang kala itu masih SMA bercita-cita menjadi top ten billionaire (10 orang terkaya) di Indonesia. Namun, ketika membaca buku Banker to the Poor karya Muhammad Yunus, banker asal Bangladesh yang mendalami bidang microfinance, cita-cita Irvan seketika berubah.
’’Saya seperti tersadar, bagaimana saya bisa berkontribusi untuk masyarakat. Lalu, muncul ide untuk mengombinasikan profitabilitas dengan impact sosial,’’ ujar Irvan saat ditemui di kantornya di kawasan M.T. Haryono, Jakarta, Jumat dua pekan lalu (21/11).
Buku yang ditulis peraih Nobel Peace Prize pada 2006 tersebut begitu merasuk dalam benak Irvan. Karena itu, pria kelahiran Singapura, 6 Februari 1998, tersebut rela mengurungkan cita-citanya sebagai miliarder.
Sebaliknya, dia berubah haluan dengan menekuni dunia usaha pertanian di desa-desa. Dia sangat ingin bisa mewujudkan kontribusinya kepada para petani.
Irvan sempat kuliah di University of Southern California, AS, dengan mengambil jurusan political science and economic. Setelah lulus, dia kembali ke tanah air dan pada 2012 bergabung dengan program Innovative Dynamic Education and Action for Sustainability (IDEAS) Indonesia yang diprakarsai United in Diversity. Tiap program diikuti sekitar 30 orang.
’’Saya batch keempat bersama presenter Desi Anwar, Andy F. Noya, Helmy Yahya, Arif Aziz, bupati Wakatobi, dan banyak lagi,’’ ungkap Irvan.
Program yang goal-nya membentuk transformasi secara individu, keluarga, organisasi, dan negara itu makin memantapkan niat Irvan untuk mengembangkan social enterprise.
Tetapi, siapa yang dituju? Berdiskusi dengan sang ayah, Irvan mendapat masukan agar bergerak di bidang agrobisnis. Dengan cara begitu, dia bisa membantu para petani kecil di desa-desa. Irvan setuju karena diam-diam memiliki passion di bidang tersebut.