Terinspirasi Kisah Anaknya Berjuang Melawan Leukemia
Rabu, 29 Mei 2013 – 05:39 WIB
Tetapi, setahun kemudian, April 2008, kesehatan Anyo turun lagi. Kali ini dokter sudah kehabisan cara. Sebab, transplantasi sel induk setahun sebelumnya dianggap sebagai upaya akhir. Anyo pun disarankan untuk menjalani kemoterapi umum.
Saran itu dijalankan Pinta. Dia membawa Anyo untuk menjalani kemoterapi yang sedianya berlangsung enam kali. Tetapi, saat memasuki kemoterapi ketiga, kondisi Anyo benar-benar lemah. "Saya harus legawa. Menangis bombay percuma, malah membuat Anyo stres," katanya.
Melihat kondisi anaknya yang "tak berpengharapan lagi", Pinta sempat menawari Anyo untuk tetap dirawat di Belanda atau pulang ke Indonesia. Anyo pun seperti menyadari umurnya tidak lama lagi. Karena itu, dia memilih pulang ke tanah air. Benar saja, tidak lama kemudian, tepatnya 7 Desember 2008, pemuda cerdas itu akhirnya mengembuskan napas terakhir dengan damai.