Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan
Sabtu, 13 Februari 2010 – 05:27 WIB
Emil menyadari, menjelang abad ke-21, demokratisasi sudah harus dimulai. Salah satunya, menjadikan Wapres pendamping Pak Harto bukan dari kabinet. Emil menilai demokrasi bisa dilahirkan pelan-pelan dengan memilih Wapres dengan kriteria tersebut. Itulah yang membuat dirinya kala itu memberanikan diri mencalonkan diri menjadi orang nomor dua di pemerintahan.
"Mungkin pemerintahan bisa lebih selamat andaikata yang menjadi nomor dua orang yang bukan di dalam pemerintahan. Saya sudah tidak (di pemerintahan) sejak 1993. Banyak teman yang masih di kabinet. Jadi, apa bedanya antara presiden (Soeharto) sama Habibie, kan sulit membuat demokratis," katanya. Tapi, dukungan dari MPR tak muncul. B.J. Habibie akhirnya terpilih mendampingi Soeharto.
Pada era Megawati, Emil ditunjuk menjadi anggota Dewan Penasihat Pemerintah dan kepala Dewan Ekonomi Nasional. Menjadi saksi dan pelaku sejarah pada era otoriter hingga demokrasi membuat dirinya punya pandangan tersendiri terhadap kepemimpinan SBY, presiden yang dia bantu saat ini.