Ternyata 4 Bahan Sederhana ini Ampuh Melawan Kanker
jpnn.com - JPNN.com - Tak dipungkiri jika pengobatan tradisional, nonmedis, hingga komplementer selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan selama 6 tahun sekali, pada tahun 2013 menampilkan sebanyak 30,4% rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional baik dalam bentuk keterampilan maupun ramuan.
Selama ini memang sudah dikenal dua jenis pengobatan, medis dan nonmedis. Dalam bahasa internasional disebut konvensional dan nonkonvensional. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pengobatan konvensional adalah pengobatan berdasarkan ilmu biomedik yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, misalnya dokter, bidan, atau fisioterapis.
Sedang nonkonvensional adalah pengobatan yang berdasarkan ilmu di luar biomedik yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dan nonkesehatan. Seperti pijat, ramuan herbal atau jamu, hingga yang supranatural seperti pengobatan tenaga dalam dan paranormal.
Tradisi turun-temurun ini menjadi pengobatan alternatif bagi mereka yang memilih tidak menjalani pengobatan medis ketika sakit.
Pengobatan alternatif tak bisa begitu saja dilepaskan dari kebiasaan masyarakat Indonesia. Alasannya macam-macam, dari biaya, waktu, hingga takut akan efek samping pengobatan medis atau takut menjalani tindakan medis, operasi misalnya.
Secara turun-temurun, kita juga diwarisi pengobatan tradisional dari para leluhur, Secara sederhana misalnya, ketika badan terasa pegal-pegal, pasti ingin dipijat. Saat batuk, daripada minum obat, lebih baik mengonsumsi kecap dan jeruk nipis.
Sakit kepala, minum air jahe pasti bisa menyembuhkan, meski tidak langsung. Atau, jika rajin mengonsumsi bawang putih akan membantu mengurangi tekanan darah tinggi dan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.
Florencia Laksmana, Nutritionist lulusan University of British Columbia, Kanada. Memiliki pandangan dan memilih empat bahan herbal untuk mengobati kanker. Bahan itu adalah Turmeric atau kunyit yang bersifat anti inflamasi. Salah satu penelitian membuktikan kurkuminoid pada kunyit yang digunakan pada tikus dapat menghambat proses peroksidasi lemak di hati. Kurkuminoid merupakan antioksidan 8 kali lebih kuat dibandingkan dengan kandungan vitamin E.