Ternyata Ada Darah Lim, Tan, Sudjana, dan Mojahed Garoot
Yang juga masih belum terjawab adalah Taiwan. Menurut penjelasan DNA di situ, suku asli Taiwan ternyata sangat tua dan menyebar ke mana-mana. Termasuk ke Jepang dan Asia Tenggara. Sangat banyak bahasa asli Taiwan yang mirip dengan bahasa Batak.
Kejutan terjadi saat saya melihat hasil tes berikutnya. Saya sampai tertawa ngakak sendirian di depan komputer. Hasil tes itu memang dikirim melalui e-mail yang hanya bisa dibuka setelah memasukkan password. Saya tidak siap dengan kejutan ini. Ternyata, darah saya kecampuran darah suku Indian di Amerika. Atau yang sekarang disebut dengan ras American-Indian. Itu terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu. Masih sulit mencari literatur bagaimana bisa darah asal Asia tercampur dengan darah suku Indian.
Satu lagi yang membuat saya kaget. Ada darah Neanderthal di tubuh saya. Perannya pun lumayan besar: 2,9 persen. Persentase itu sama besar dengan yang dimiliki teman saya yang orang Amerika kulit putih. Teman saya itu, yang sudah lebih dulu melakukan tes DNA, darahnya campuran antara Jerman dan Inggris dalam persentase yang seimbang. Lalu ada darah Indian 5 persen dan Neanderthal 2,9 persen. ”Kita ternyata masih bersaudara,” teriaknya sambil tertawa. ”Sama-sama punya darah Indian dan Neanderthal,” tambahnya.
Neanderthal adalah makhluk mirip manusia yang hidup di dalam gua-gua yang ditemukan lebih dari 100.000 tahun lalu di dekat Düsseldorf, Jerman. Untuk melihat hasil tes ini, terakhir saya masuk ke ”menu” hubungan keluarga. Saya sudah menduga tidak akan banyak nama dari orang masa lalu yang bisa ditemukan masih punya hubungan keluarga dengan saya. Ini karena penelitian DNA pada tokoh-tokoh masa lalu di Asia masih belum banyak dilakukan.
Kalau misalnya makam-makam para kaisar Tiongkok diteliti untuk diambil DNA-nya, tentu akan banyak kejutan. Akan diketahui siapa saja yang masih keturunan kaisar A atau kaisar B. Apalagi, para kaisar itu dikenal punya banyak selir. Penelitian tokoh-tokoh masa lalu baru menyangkut ”abad ke berapa” atau ”kebudayaan”-nya seperti apa. Belum sampai DNA.
Sebagian mungkin ada masalah keagamaan. Misalnya, apakah mungkin makam nabi diteliti untuk diambil secuil tulang atau bagian apa pun untuk diambil DNA baginda. Ini akan bisa menjelaskan siapa saja yang sebenar-benarnya ahlul-bait. Demikian juga rasanya, tidak mungkin mendapat izin meneliti DNA para ulama besar di zaman dulu.
Ternyata betul. Hanya enam nama yang disebut punya hubungan keluarga dengan saya. Itu pun bukan nama-nama orang terkenal. Ada nama Sudjana, ada nama Muliawati, ada nama Tionghoa, Tan Teng Teng, ada nama Korea, dan ada nama Mojahed Garoot dari Arab Saudi. Saya sungguh terhibur oleh kejutan-kejutan hasil tes DNA saya itu. (***)
Dahlan Iskan
Mantan CEO Jawa Pos