Ternyata, Anak Gafatar tak Pernah Belajar Mengaji
Sekata dengan Ema, Salwa pun mengakui hal serupa. Bocah 8 tahun ini yang datang menemani Ema itu mengaku hanya diajarkan membaca dan menghitung. Jangankan pendidikan agama, Salwa juga membenarkan tidak pernah diajarkan mengaji.
RK kemudian meminta keterangan dari dua guru di home schooling perkampungan itu yang disebut Ema, Bu Ida dan Vira. Ida mengaku guru Bahasa Inggris, latar belakang pendidikannya lumayan. Sudah Strata 1. Wanita asal Cilacap tersebut mengaku lulusan IKIP Semarang.
Sedangkan Vira yang mengaku asal Bengkulu hanya tamatan SMA. “Cuma mengajarkan pelajaran eksakta,” terangnya.
Belum puas dengan fakta yang didapat mengenai agama dan keyakinan di kelompok tersebut, RK mencoba mengkonfirmasi Siregar. Ia disebut oleh warga di sana sebagai ketua atau koordinator Perkampungan Melinsum.
“Soal agama itu kembali kepada individu masing-masing. Kami di sini hanya sosial budaya dan lebih ke program pertanian yang mencoba mewujudkan ketahanan pangan. Di sini bebas, semuanya memiliki kebebasan untuk menjalankan agamanya,” ujarnya.
Hanya saja, apa yang disampaikan Siregar sedikit bertolak belakang dengan penuturan imam masjid di desa itu. Kata Sang Imam, pendatang yang diketahui eks Gafatar di Melinsum tidak pernah terlihat salat di masjid.
“Pada bulan Ramadan tidak pernah terlihat ikut Salat Tarawih. Juga sudah dua kali lebaran, namun tak kelihatan mengikuti Salat Ied (Idul Fitri, red),” terangnya.
Kecurigaan ada ‘penyelewengan’ atas keyakinan atau agama yang dianut eks Gafatar ini semakin kuat ketika Satpol PP KKU menemukan empat buku ‘sesat’ dari tangan salah seorang eks Gafatar yang tinggal di rumah kontrakan Desa Sutera, Kecamatan Sukadana.