Ternyata Gerindra Sudah Lama Tahu Golkar Incar Kursi MPR
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Riza Patria mengaku pihaknya sudah lama tahu kalau Partai Golongan Karya (PG) mengincar kursi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Ketua Fraksi Partai Gerindra di MPR itu mengatakan, sejak awal partai koalisi pendukung pemerintah sudah membuat kesepakatan. Dia menjelaskan, kesepakatan itu karena Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dipimpin kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP sebagai partai pemenang pemilihan umum (pemilu), maka PG yang meraih kursi terbanyak kedua di parlemen ingin jadi ketua MPR.
"Kami sudah tahu sejak lama," kata Riza dalam diskusi "Peta Politik Usai "Pesta" di Parlemen" Sabtu (12/10), di Jakarta.
Riza menegaskan tidak pernah terpikirkan sejak awal oleh Partai Gerindra untuk menduduki jabatan ketua MPR. Hanya saja, lanjut dia, dalam perjalanannya, karena melihat tajamnya kompetisi saat pilpres, dan Gerindra juga sebagai oposisi, maka pihaknya ingin masuk di parlemen sebagai penyeimbang.
Riza mencontohkan saat era Presiden Keenam Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Demokrat (PD) berkuasa, PDIP yang saat itu di luar pemerintahan diberikan kesempatan menempati posisi ketua MPR. Terbukti, kata Riza, Ketua MPR Taufik Kiemas kala itu bisa membawa MPR menjadi lebih baik dari sebelumnya.
"Itu saling memberikan kepercayaan sekalipun oposisi bahwa untuk kepentingan bangsa negara bisa duduk bersama. Tidak ingin gunakan kesempatan atau apa pun kekuasaan di MPR untuk menjatuhkan presiden sekalipun dipimpin oposisi," katanya.
Menurut Riza, alasan untuk keseimbangan politik banyak mendorong Gerindra untuk duduk di ketua MPR. Selain itu, kata dia, dukungan dari rekan-rekan secara pribadi juga pengin supaya ketua MPR bisa diberikan kesempatan kepada Gerindra. "Kami coba lobi dan sebagainya, tetapi mungkin waktu tidak cukup, dan sudah jauh terjadi kesepakatan Partai Golkar dan lainnya," kata Riza.
Dia menegaskan bahwa sebenarnya Gerindra ingin maju sampai akhir sekalipun pemilihan ketua MPR harus dilakukan lewat voting.