Ternyata Ini Penyebab Pemadaman Karhutla di Lokasi Ini Makin Sulit
jpnn.com, PALANGKA RAYA - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Palangka Raya, Kalimantan Tengah menduduki peringkat tertinggi karhutla seluas 789,15 hektare. Hal itu, berbanding terbalik dengan Bartim yakni 0 hektare karhutla.
Laporan harian pos komando siaga darurat bencana asap akibat karhutla 2019, juga mencatatkan Palangka Raya terbanyak kejadian karhutla dengan 365 kali. Berbanding terbalik dengan Gunung Mas yang hanya terjadi satu kali sejak Januari hingga Agustus 2019.
BACA JUGA: The Jakmania: Kami Kecewa Ferry Paulus, Persija Kami Buruk Sekali
Karhutla yang masih merajalela, dikhawatirkan berlangsung mengiringi kemarau. Apalagi El Nino kembali terjadi tahun ini. Potensi asap pekat dampak karhutla bisa terjadi.
Sebagai salah satu upaya pencegahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng menyediakan sumur bor untuk pembasahan lahan gambut. Saat ini, tercatat 9.600 seumur bor telah dibangun di Kalteng.
"DLH memiliki fungsi mitigasi yakni pencegahan. Saat ini di Kalteng sudah memiliki 9.600 sumur bor yang berfungsi untuk pembasahan lahan gambut," kata Plt Kepala DLH Kalteng Norliani saat diwawancarai, belum lama ini.
Akan tetapi, yang menjadi persoalan bahwa saat ini karhutla tidak terjadi di area dekat bangunan sumur bor, melainkan sebaliknya. Meski demikian, pihak DLH optimistis bahwa pembangunan sumur bor ini sudah sangat membantu dalam menurunkan tingkat kebakaran dari tahun ke tahun.
"Kejadian kebakaran ini kan tak terduga. Ada kebakaran yang terjadi di area yang sudah terbangun sumur bor, tapi ada juga yang tidak. Sekarang ini sepertinya terjadi di daerah yang jauh dan belum terbangun sumur bor," ucapnya kepada Kalteng Pos.