Ternyata, Ini yang Membuat Pekanbaru Babak Belur (Bagian Kedua, habis)
jpnn.com - PEKABARU - Di Indonesia, karena angin timur lebih banyak melewati daratan dan selat-selat yang sempit, maka angin lebih cenderung kering sehingga membuat musim panas di Indonesia. Kondisi di Sumatera, maka angin akan berberak dari selatan Kota Pekanbaru seperti Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Kabupaten Pelalawan menuju utara.
“Kini kondisi itu membuat angin membawa kabut asap dari kebakaran hutan yang terjadi di daerah bagian selatan yaitu Kabupaten Pelalawan, dari Jambi dan Sumatera Selatan menuju pusat Kota Pekanbaru. Itu pola angin timur yang membuat kabut asap menuju kota Pekanbaru yang terjadi sejak mulai Agustus dan September seperti sekarang ini,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi kepada Riau Pos (Grup JPNN.com).
Soal penjelasan mengapa kabut asap lebih lama berada di Riau dan bahkan seperti berhenti di Kota Pekanbaru, Slamet Riyadi menjelaskan setelah angin dari arah selatan yang tekanannya lebih kuat menuju utara, maka di bagian daerah Sumatera, angin tersebut melewati garis equator.
Jadi setelah melewati garis equator, karena pengaruh perputaran bumi, maka angin dari selatan itu berbelok ketika melewati daerah Kota Pekanbaru. Seperti sepeda motor di tikungan, maka arah angin melambat sehingga kabut asap seperti berhenti sejenak.
“Itu makanya kabut asap lebih tebal dan jarak pandang lebih parah di Pekanbaru,” jelas Slamet.
Sementara untuk pola angin barat, menurut Slament Riyadi, akan terjadi akhir Desember mendatang, ketika matahari lebih cenderung berada di belahan bumi bagian selatan.
“Ketika masuk akhir Desember, Januari, Februari dan Maret mendatang, maka matahari akan lebih cenderung berada di bagian selatan. Ini akan membuat belahan bumi bagian selatan lebih panas dan tekanan udara rendah di bagian selatan,” ujar Slamet.
Pola angin barat ini, angin lebih banyak bertiup dari utara yang lebih lembab menuju bagian bumi bagian selatan yang lebih kering karena lebih panas. Karena melewati Laut Cina Selatan, maka angin yang bertiup ke Indonesia itu lebih banyak uap airnya sehingga membuat musim hujan di Indonesia.