Ternyata, Ini yang Membuat Pekanbaru Babak Belur (Bagian Pertama)
jpnn.com - PEKANBARU - Meski bukan daerah sumber titik api, Kota Pekanbaru tahun ini babak belur karena asap. Nyaris semua aktivitas publik seperti pendidikan dan transportasi udara berhenti. Asap pekat juga seolah tak mau pergi, meski sudah turun hujan beberapa kali.
Selama hampir 18 tahun terjadi bencana asap, kali ini disebut sebagai bencana asap paling terparah. Ada enam provinsi yang menjadi sumber titik api. Hanya Riau yang berstatus tanggap darurat.
Sedangkan Ibukota Provinsi, Kota Pekanbaru, status kualitas udaranya selalu stabil di level berbahaya. Mengapa asap betah di Kota Bertuah?
BMKG punya penjelasannya. Dilansir dari Riau Pos (Grup JPNN.com), ternyata ada faktor fenomena alam yang memengaruhi, yakni faktor arah angin.
Arah angin dari selatan dan utara akan melambat dan berputar-putar saat melewati Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Itulah yang menyebabkan kabut asap dari belahan tengah Sumatera manapun selalu cepat mengapung di Kota Pekanbaru dan relatif lama menghilangnya.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi menjelaskan, pada periode Agustus hingga September, arah angin datang dari Selatan (seperti Sumsel, Jambi) dan saat memasuki Pekanbaru, berputar ke arah Timur seperti belokan.
Pada saat berputar inilah laju angin melambat. Perbedaan melambatnya cukup signifikan.
Jika saat datang dari arah selatan, angin di kecepatan 49 Km/jam. Saat berputar memasuki Pekanbaru, kecepatannya melambat hanya 7 Km/jam.