Ternyata, Ini yang Membuat Pekanbaru Babak Belur (Bagian Pertama)
Lalu pada periode berikutnya di bulan Desember hingga Maret, arah angin sebaliknya berasal dari timur/utara (seperti Sumut, Rohil, Meranti, Bengkalis, Dumai) juga mengalami pembelokan dengan penurunan kecepatan saat memasuki Kota Pekanbaru.
Fenomena alam ala Kota Pekanbaru memang unik dan akan terus menjadi sumber potensi bencana asap walau Pekanbaru tidak memiliki kerawanan kebakaran lahan dan hutan.
Fenomena arah angin yang disebut dipengaruhi perputaran bumi ini membuktikan Pekanbaru memiliki kerawanan bencana asap dua kali dalam setahun.
“Selama ini fakta membuktikan bahwa Pekanbaru memang selalu menjadi daerah terdampak kabut asap terparah, dari manapun sumber api berasal. Sudah tiga tahun terakhir ini Kota Pekanbaru selalu menegakkan status bencana kabut asap,” terang Slamet.
Ia juga menjelaskan bahwa dua pola angin tersebut adalah pola angin timur dan pola angin barat.
“Pola Angin Timur ini terjadi karena matahari berada lebih condong ke utara sehingga panas yang diterima oleh bumi bagian utara lebih banyak daripada bumi bagian selatan. Maka terjadi perbedaan lama panjang siang dan malam di belahan bumi masing-masing,” sebut Slamet.
Ketika bumi bagian utara mendapatkan sinar matahari lebih banyak, maka bumi bagian utara lebih panas, tekanan udara lebih rendah.
Dengan kondisi bumi bagian utara lebih panas, tekanan udara lebih rendah, maka angin bertiup dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Maka terjadi aliran masa udara dari selatan ke utara,” kata Slamet.(rpg/jpg)