Ternyata, Tari Poco-poco bisa Mencegah Penderita Diabetes tak Cepat Pikun
Ria menjelaskan, dalam kasus penderita diabetes, umumnya kesehatan otak terabaikan. Pasien hanya berfokus mengontrol atau melihat kondisi ginjal, jantung, dan hati mereka. Padahal, kadar gula yang berlebih bisa menurunkan kesehatan otak.
Di antaranya berujung pada kepikunan lebih cepat. Jika lima tahun berturut-turut kondisi gula dalam darah terus tinggi, kepikunan bisa datang lebih cepat.
Di penelitian itu, Ria tidak asal-asalan dalam memilih responden. Tidak semua penderita diabetes dia angkut untuk menjadi responden penelitian. Lulusan FK Universitas Tarumanegara Jakarta itu hanya memilih penyandang diabetes yang juga mengalami hendaya kognitif ringan.
’’Gangguan hendaya kognitif ringan ini hampir pikun. Tapi, belum benar-benar demensia,’’ jelas dia.
Di antara 200 calon responden yang dia pilih dari Depok dan Jakarta, tersaring 48 orang. Kemudian, yang bersedia mengikuti penelitian hanya 40 orang. Di antara 48 calon responden itu, ada yang tidak mendapat izin dari keluarga karena penelitian tersebut melewati proses pencitraan resonansi magnetik (MRI).
Setelah responden ditetapkan, latihan poco-poco pun dimulai. Pada pertemuan pertama hanya diperkenalkan satu gerakan. ’’Itu pun ada yang sempat tabrakan karena bingung gerakannya,’’ kata istri (almarhum) dr Santoso tersebut.
Secara keseluruhan, senam poco-poco itu berlangsung 24 kali atau sekitar tiga bulan. Setiap pertemuan berdurasi 30 menit. Perinciannya, 5 menit pertama pemanasan, 20 menit tari inti, dan 5 menit terakhir pendinginan.
’’Setelah berjalan beberapa kali, peserta merasa enjoy. Bahkan, mereka minta diulang lagi, diulang lagi. Rupanya mereka mulai ketagihan,’’ jelas Ria, lantas tersenyum.