Ternyata, Walikota Perempuan Pertama di Indonesia Seorang Jurnalis
Pada pertengahan Agustus 1955, ia keliling daerah Makale/Rantepao, Kabupaten Tana Toraja.
Dalam pidatonya yang memukau, Salawati meyakinkan masyarakat bahwa ia dan partainya, bersama-sama rakyat akan sama-sama memperjuangkan terciptanya tatanan masyarakat adil dan makmur. Menghapus kemiskinan dan kemelaratan. Menghapus kapitalisme, feodalisme dan imperialisme.
"Perjuangan yang ingin dicapai olehnya dan partainya adalah terbentuknya suatu masyarakat yang sama rata sama rasa," tulis Budi Susanto dkk dalam buku Politik & Postkolonialitas di Indonesia, mencuplik Arsip Pemerintah Provinsi Sulawesi 1950-1960, No. Reg. 235.
Tak sia-sia. PKI memperoleh suara cukup besar di Kabupaten Tana Toraja pada Pemilu 1955. Kemenangan yang mengantarkan Salawati Daud ke Jakarta sebagai anggota legislatif tingkat pusat.
Pada 1960-an, ia kembali terpilih jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR).
Oiya, di ibukota, ia aktif sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Karena karakternya yang kuat, "beberapa temannya, baik laki-laki maupun perempuan, kadang segan dan takut berhadapan dan berbicara dengannya. Bahkan dikabarkan pula bahwa lawan-lawan politiknya pun takut bertemu dengannya," dicuplik dari buku Politik & Postkolonialitas di Indonesia.
Pembaca yang baik. Hari-hari tuanya dilewati Salawati Daud dalam penjara Orde Baru.