Terungkap, Begini Modus Politik Uang di Pemilu Thailand
jpnn.com, BANGKOK - Laporan kecurangan di pemilu Thailand bermunculan setelah partai pendukung petahana, Palang Pracharat Party, keluar sebagai peraih suara terbanyak, Senin (25/3). Mulai dari angka kehadiran yang rendah, surat suara tak dihitung, hingga praktik politik uang, semua dicurigai.
Open Forum for Democracy Foundation (P-Net) memaparkan, politik uang terjadi sebelum dan saat pemungutan suara. Jaringan pengamat pemilu juga mengambil beberapa foto warga Thailand yang diberi THB 100 (setara Rp 44 ribu) agar memilih partai tertentu.
’’Informasi itu sudah dikirim ke komisi pemilihan untuk diproses,’’ ujar Pemimpin P-Net Ladawan Tantiwitthaypitak sebagaimana dikutip Bangkok Post.
BACA JUGA: Thailand Memilih: Boneka Militer atau Pemuja Thaksin?
Hal lain yang membuat publik curiga adalah angka kehadiran pemilih yang hanya 64 persen. Itu terbilang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya di atas 80 persen.
Di beberapa tempat pemungutan suara, hasil voting dan angka kehadiran tidak sama. KPU juga berkali-kali memundurkan jadwal pengumuman hasil sementara pemilu. Hasil akhir baru dipaparkan kepada publik sekitar 9 Mei mendatang.
Sekitar 1.500 balot dari penduduk Thailand yang tinggal di Selandia Baru juga tak dihitung. Alasannya, balot itu tiba Minggu (24/3) di atas pukul 17.00. Itu memang batas akhir penutupan pemungutan suara. Pesawat yang membawa balot tersebut tidak bisa tiba tepat waktu karena adanya penundaan penerbangan.
BACA JUGA: Perolehan Suara Tak Sesuai Survei, Tuding Petahana Curang